Sebuah Game Poker Rumah

poker

Setiap pemain poker belajar bermain poker di pertandingan kandang. Para peserta secara tradisional melintasi garis generasi, dan pemain yang lebih tua mengajari pemain yang lebih muda dasar-dasar permainan. Saya tahu bahwa di rumah kami, kami belajar bermain poker dari Ayah kami.

Ayah dan teman-temannya akan berkumpul setiap beberapa bulan atau lebih untuk bermain di rumah kami. Kami tidak diizinkan menjadi  judi bola bagian dari permainan Ayah ketika teman-temannya ada di sana. Tidak, game itu untuk orang dewasa. Kami mendapat pelajaran poker kami selama seminggu di meja ruang makan setelah makan malam. Setelah kami mengetahui dasar-dasar poker (7 Kartu Stud), kami akan bermain kartu dengan satu sama lain atau dengan sepupu kami. Kartu menjadi bagian dari hidup kita; dan saat kami berkumpul dengan sepupu kami, Anda dapat yakin bahwa permainan kartu akan menjadi bagian dari perayaan.

Ketika saudara laki-laki saya menjadi Ayah, Ayah kami akan menghabiskan waktu bersama cucu-cucunya (baik laki-laki maupun perempuan), mengajari mereka poin-poin terbaik dari poker. Dia mulai mengajari mereka Poker ketika mereka baru berusia lima atau enam tahun. Dan Kakek tidak menarik pukulannya. Dia tidak “membiarkan” anak-anak menang. Kartu-kartu itu jatuh karena ditakdirkan untuk jatuh. Jika cucu memiliki tangan terbaik, mereka menang. Jika mereka tidak memiliki tangan terbaik, mereka kalah. Ya, Kakek mengajari cucu-cucunya cara kalah serta cara menang. Karena kalah adalah fakta kehidupan dalam poker, Kakek merasa adil untuk mengajari cucunya pelajaran tentang kehidupan, serta pelajaran tentang Poker. Anak-anak belajar untuk tidak menjadi kesal karena mereka tidak menang. Itu pelajaran yang luar biasa tentang hidup.

Ayah saya jarang mengajarkan pelajaran hidup. Namun pelajaran hidup dipetik dengan bersamanya.

Dari ayah saya, saya belajar tentang amal. Bukan karena dia mengajariku, tapi karena dia menunjukkan kepadaku dalam hal-hal amal yang dia lakukan. Dari Ayah saya, saya belajar tentang melakukan hal yang benar. Bukan karena dia mengajariku, tapi dengan melihatnya melakukan hal yang benar tahun demi tahun. Dari Ayah saya, saya belajar tentang cinta. Bukan karena dia mengajariku, tapi karena cinta yang dia tunjukkan padaku sepanjang hidupku … sampai hari dia meninggal, dua minggu sebelum Natal delapan tahun lalu.

Aku rindu ayahku Aku sering memikirkannya, terutama saat liburan. Tapi pelajaran yang saya pelajari darinya, saya bawa setiap hari. Dan kecintaan saya pada poker dimulai dengan ayah saya.

BAHWA dia mengajariku.